Jemberpost.com
Kendatipun berada di pelosok Jember Utara, Puskesmas Kecamatan Sumberjambe ternyata menjadi rujukan penanganan penderita TBC dari berbagai daerah. Tak heran, bila pasiennya bukan hanya berasal dari wilayah Sumberjambe dan sekitanya saja. Bahkan, masyarakat kota dan warga Kabupaten Bondowoso kerap berobat dan merujuk ke Puskesmas tersebut.
Sudah sejak lama Sumberjambe menjadi daerah endemik TBC. Pasalnya, selain daerahnya berada di dataran tinggi, suhu udara yang dingin dan minim pencahayaan sinar matahari membuat kawasan tersebut menjadi basis penderita TBC.
”Kondisi dingin selalu linier dengan terjadinya endemik TBC. Makanya, pada awalnya pengobatan yang dilakukan terhadap para pengidap penyakit ini cukup dengan cara disinari atau dijemur di bawah terik matahari,” ungkap Kepala Puskesmas Sumberjambe, dr Abdul Ro’uf.
Tapi sekarang, kondisi telah berubah. Pengobatan tidak lagi menggunakan cara-cara konvesional dan tradisional. Obat-obatan yang digunakan untuk penderita TBC di Puskesmas tersebut sudah mendapat rekomendasi dari Wolrd Health Organization (WHO). Sehingga obat tersebut memiliki kualitas yang tinggi. ”Tapi sekarang ini pengobatan yang dilakukan di Puskesmas Sumberjambe sudah memakai obat-obatan dan dijemur pada saat pasien opname,” ujarnya.
Sebelum dinilai positif mengidap TB dan dilakukan pengobatan, penderita didiagnosis terlebih dahulu, lalu dikategorikan serta ditentukan obatnya. Pada tahap kategorisasi, pengidap dibedakan menjadi 3 macam. Kriteria pertama Bakteri Tahan Asam (BTA) positif, kedua BTA negatif rontxen positif, dan relaps atau TB kambuhan.”Ketiga kriteria itu akan menentukan jenis obat yang akan digunakan,” tuturnya.
”Pengobatan TBC ini dilakukan selama 6 bulan berturut-turut sampai dinyatakan benar-benar sembuh. Makanya, pasien diharuskan minum obat selama waktu itu,” ujarnya. Dalam 2 bulan pasien diwajibkan untuk meminum obat setiap hari, sedangkan 4 bulan terakhir durasi minumnya seminggu 2 kali.
”Jika penderita tidak mengikuti aturan minum obat, maka bakteri yang ada dalam paru-parunya akan bisa resisten terhadap obat. Karenanya aturan minum obat ini harus diikuti oleh si penderita sehingga akan lekas sembuh dari penyakitnya,” tuturnya.
Sementara itu, menurut Koordinator TBC dan Pengendali Penyakit Menular (P2M) Puskesmas Sumberjambe, Sukemi, Puskesmas tersebut telah menjadi Puskesmas rujukan mikroskopis, khususnya untuk para penderita TBC. Umumnya Puskesmas yang merujuk ke sana adalah Puskesmas Ledokombo dan Sukowono.
”Bahkan kebanyakan penderita TB yang merujuk ke Puskesmas Sumberjambe banyak berasal dari Kabupaten Bondowoso, Kelurahan Gebang, dan Kecamatan Pakusari. Kemungkinan mereka merujuk ke sini karena di sini ada pelayanan mikroskopis yang khusus menangani penderita TB,” jelasnya.
Pada tahun 2008, katanya, penderita TB yang ditangani Puskesmas itu sejumlah 96 orang, dengan kategori 73 penderita BTA positif, 5 orang BTA negatif dan 18 orang ekstra paru. ”Yang dimaksud ekstra paru ini adalah TBC yang sudah menjalar ke kulit, tulang dan kelenjar,” tengaranya.
”Kita tidak bisa memprediksi apakah jumlah penderita TBC di Sumberjambe ini menurun tiap tahunnya. Karena mobilitas penduduk berbeda. Tapi perbandingan penderita tahun 2007 dan 2008 mengalami pergeseran yang cukup signifikan. Pada tahun 2007 jumlah penderitanya mencapai 108 orang lalu pada tahun 2008 menurun menjadi 96 pengidap,” paparnya.(sal)

Kategori

Blog Archive

Rabu, April 15, 2009
Puskesmas Sumberjambe Jadi Rujukan TBC
Diposting oleh Team Redaksi
Label: Berita Umum, Kesehatan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar