Jemberpost.com
Kendatipun daerah Kecamatan Sukorambi kerap terancam bencana tanah longsor. Tapi warga tetap menghendaki pembangunan dikonsentrasikan pada sektor fisik, terutama mengenai akses jalan dan jembatan. Hal itu sesuai dengan hasil musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) di 7 desa kecamatan tersebut.
Sementara, guna penanggulangan bencana tahun 2009, pemerintah kecamatan lebih memilih upaya penanggulangan lewat pemberdayaan masyarakat dengan membentuk Satuan Koordinasi Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satkorlak PBP) di tingkat desa dan kecamatan.
Camat Sukorambi, H Haidori, mengatakan, rencana pembangunan di wilayah Sukorambi tahun mendatang lebih fokus pada pembangunan di sektor fisik. Berkaitan dengan pembangunan sarana prasarana jalan dan jembatan. Hal tersebut, katanya, sesuai dengan aspirasi warga yang tersebar di 7 desa Kecamatan Sukorambi. “Aspirasi warga dalam Musrenbang desa yang ditindaklanjuti dengan Musrenbang di tingkat kecamatan kemudian diajukan ke kabupaten lebih mengarah di sektor fisik,” katanya.
Perhatian warga lebih besar di sektor fisik, lanjutnya, dikarenakan masih banyaknya jalur jalan di pedesaan belum teraspal. Walau sudah diaspal tapi memerlukan perbaikan dan peningkatan. Lantaran, sarana jalan masih dinilai signifikan guna mendukung pertumbuhan di sektor ekonomi dan pendidikan warga sekitar.
“Jalan-jalan itu perlu ditingkatkan kualitasnya, karena sehari-hari menjadi jalur vital bagi distribusi barang dan jasa oleh masyarakat pedagang, termasuk kelancaran akses perjalanan ke sekolah bagi para pelajar yang berdomisili di desa-desa yang berada di pedalaman,” tengaranya.
Ia mengatakan, beberapa jalan tembus yang bisa mempersingkat perjalanan Sukorambi-Panti diusulkan warga supaya dibangun tahun depan. Dengan akses jalan tersebut, perjalanan yang biasa ditempuh dengan 3 kilometer perjalanan nantinya akan diperdekat sejauh 1 kilometer perjalanan saja. “Warga desa juga mengusulkan pembangunan Jembatan di daerah Sukorambi,” tuturnya.
Oleh karenanya, hasil Musrenbang yang telah dibahas di tingkat desa dan kecamatan beberapa waktu lalu, ungkapnya, tidak menyinggung masalah lingkungan. Misalnya, soal upaya rehabilitasi lahan tererosi maupun area rawan longsor karena kemiringin yang cukup curam. “Hasil Musrenbang kemarin itu adalah hasil rembuk masyarakat desa. Kita tidak bisa merubahnya karena aturannya demikian,” ungkapanya.
Padahal, menurutnya, di kawasan Kecamatan Sukorambi setidaknya terdapat 3 daerah yang ditengarai sebagai kawasan rawan bencana tanah longsor. Yakni, Desa Sukorambi, Karangpring dan Lengkong. Ia menandaskan, ancaman bencana alam di ketiga desa tersebut tiap tahun selalu mencekam warga sekitarnya.
Untuk itu, guna mengantisipasi bencana alam dan korban bencana. Pihaknya memberdayakan masyarakat dengan cara membentuk Satlak PBP di tingkat desa dan kecamatan. Dengan begitu, warga akan selalu mawas diri dan berupaya membangun solidaritas guna meminimalisir terjadinya bahaya bencana.
Upaya lainnya, kata mantan camat Balung itu, dilakukan dengan mengusulkan upaya penghijauan di areal-areal yang ditengarai rawan terjadinya bahaya tanah longsor. “Kecamatan akan mengusulkan bantuan bibit untuk ditanami di lahan-lahan gundul dan memiliki kecuraman yang cukup tajam dan membahayakan,” terangnya.
Permintaan bantuan bibit itu, ujarnya, salah satunya telah dilakukan pada tahun 2008 lalu. Ia mengusulkan bibit tanaman keras berupa sengon dan mahoni pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jember guna ditanami di lahan-lahan yang ditengarai memiliki kemiringan yang tajam. “Ini salah satu bentuk langkah antisipasi untuk menjaga keselamatan warga sekaligus melestarikan lingkungan hidup di Kecamatan Sukorambi,” paparnya.(sal)

Kategori

Blog Archive

Minggu, Maret 22, 2009
Konsentrasikan Sektor Fisik Daerah Pedalaman
Diposting oleh Team Redaksi
Label: Berita Umum, Ekonomi, Pembangunan Desa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar