Kamis, September 04, 2008

Dinsos Sweeping Sekaligus Berdayakan Gelandangan


Jemberpost.com,
Fenomena gelandangan dan pengemis (gepeng) dadakan menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri merupakan suatu fenomena yang kerap kali terjadi, terutama di kota-kota besar. Jember sebagai kota ke-3 terbesar di Jawa Timur yang saat ini tengah menuju peningkatan pembangunan di segala sektor, menjadi lahan empukbagi masyarakat di kota-kota sekitar Jember untuk mengais rejeki. Sebab, bagi mereka, kota tembakau ini bisa dijadikan tempat untuk mengadu nasib, baik sebagai pekerja maupun sekedar untuk meminta-minta. Namun, berpedoman pada program Departemen Sosial untuk menertibkan, memberdayakan dan membina para gepeng, terutama yang usia produktif, maka Dinas Sosial Kabupaten Jember berupaya untuk mensukseskan program pemerintah tersebut, yaitu dengan mencanangkan Program Jember Bebas Gepeng.
Guna menindaklanjuti upaya tersebut, menurut Drs. Soebandiono, selaku Kepala Seksi Penyandang Cacat dan Tuna Sosial pada Dinsos Jember, sejak tahun 2006 lalu hingga sekarang pihaknya telah melakukan razia atau sweeping terhadap gelandangan dan pengemis di area segitiga emas (kawasan padat pertokoan dan pusat keramaian kota).
“Apalagi pada saat bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri, jumlah gepeng bisa meningkat dari hari-hari biasa”, ungkapnya. Dan hal ini, lanjutnya, terjadi setiap tahunnya.
Oleh karena itu, pihaknya beserta instansi terkait, yaitu Sat Pol PP akan melakukan operasi yang sifatnya dadakan. “Artinya, kami lakukan operasi di segitiga emas sewaktu-waktu, agar para gepeng tersebut tidak mudah menghindari aparat, sebab bila mereka sudah tahu terlebih dahulu, maka tentu saja mereka akan kabur duluan”, jelas Soebandiono.
Ia mengatakan, bila dalam razia tersebut ada gepeng yang tertangkap, maka Dinsos akan menampung mereka selama 3 hari di Liposos (Lingkungan Pondok Sosial). Selanjutnya, bagi gepeng yang berasal dari kota Jember dan berusia produktif akan diberi pembinaan dan pelatihan ketrampilan yang bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja Indonesia (BLKI). Sedang yang sudah berusia tidak produktif (usia lanjut) akan ditampung di Panti Jompo.
Namun, bagi gepeng yang berasal dari luar kota, seperti Lumajang, Banyuwangi dan Bondowoso, mereka akan dipulangkan ke kampung halamannya dan akan dibina oleh Dinas Sosial setempat.
Soebandiono mengatakan bahwa gepeng usia produktif tersebut diberi ketrampilan, berupa menjahit, membordir (untuk yang wanita). Sedang untuk yang laki-laki diberi pelatihan otomotif dan servis hp.
Setelah mereka selesai dilatih, selanjutnya mereka akan beri peralatan sesuai dengan ketrampilannya.
“Dengan dibekalinya ketrampilan untuk para gepeng, diharapkan mereka nantinya tidak lagi menjadi pengemis, namun mereka sudah bisa berkarya dan mencari nafkah dengan cara yang lebih layak”, cetus Soebandiono mengakhiri penjelasannya. (sal/dian)


Posting Komentar

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template custom by Adiguna