Jemberpost.com
Tingkat kejenuhan kandungan residu tembakau Jember mulai menurun, lantaran petani tidak lagi menggunakan jenis pestisida yang dilarang dalam menangani hama penyakit tanaman tembakau. Dengan demikian mempengaruhi nilai positif tembakau asal Jember di pasar lelang tembakau dunia.Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Jember, Dwijo S, mengatakan, kualitas pertembakauan Jember dipengaruhi oleh proses proses tanam di kebun (on farm) dan pengolahan paska panen (off farm). “Kualitas tembakau sangat dipengaruhi oleh proses on farm dan off farm,” ungkapnya.
Pada saat on farm, katanya, petani perlu memperhatikan 4 perlakukan tanaman tembakau. Yakni, pemilihan kualitas bibit, pengolahan lahan, pemupukan dan paska panen. “Keempat hal ini perlu terus dipantai ketika petani mulai saat menanam hingga pemanenan tembakaunya,” terangnya.
Bibit unggul yang dipilih oleh petani, tentunya bakal mempengaruhi kualitas tanaman yang dipetik oleh petani. Demikian juga selama proses pemupukan. Kadar pupuk harus mengikuti standar yang sudah ditetapkan, bila terlalu banyak akan berpengaruh buruk terhadap kualitas tembakaunya. Makanya, petani harus secermat mungkin dalam menentukan jumlah pupuk yang digunakan.
Ia mengatakan, dalam penanganan hama penyakit tembakau, petani tidak disarankan menggunakan jenis pestisida tertentu yang dilarang karena akan mempengaruhi kadar residu yang menempel pada daun tembakau. Oleh sebab itu, takaran pestisida selain sesuai dengan dosis juga harus menggunakan pestisida yang telah direkomendasi dan aman digunakan.
“Meningkatnya kadar residu pada daun tembakau disebabkan oleh banyaknya jumlah pestisida yang menempel pada daun tembakau. Sebenarnya ada beberapa pestisida yang dilarang digunakan dalam menangani hama penyakit tembakau, tapi tetap saja digunakan petani. Inilah salah satu penyebab meningkatnya jumlah residu pada tembakau,” ungkapnya.
Lebih jauh, dikatakannya, tingginya kandungan residu bisa disebabkan oleh 2 hal. Pertama, hasil kiriman pestisida yang terbawa oleh angina dari tanaman yang ditanam berdekatan dengan kebun tembakau. “Kandungan pestisida yang menempel pada daun akan meningkat salah satunya, jika angina mengirim butiran-butiran pestisida pada lahan yang berdekatan dengan kebun tembakau. Meskipun petani tidak menyemprot tembakaunya dengan pestisida tapi kiriman residu bisa saja diterima dari lahan tetangga,” ujarnya.
Kedua, memang dengan sengaja petani melakukan penyemprotan lahan tembakau dengan zat pembunuh hama pengakit. Jika bahan yang digunakan beresiko terhadap daun tembakau sudah barang tentu kadar residunya akan meningkat.
Kendati begitu, lanjutnya, kadar residu pada tembakau Jember saat ini sudah mulai berkurang. “Tingkat residu tembakau Jember saat ini sudah mulai menurun dan cukup bagus. Sehingga ekspor tembakau kita telah mendapatkan nilai positif karena kadar penggunaan pestisida sudah mulai dikurangi oleh para petani,” terangnya.
Penurunannya, katanya, walau belum berada di bawah ambang batas, tapi sudah pada rata-rata terendah. Petani masih menggunakan pestisida karena ada tanaman tertentu yang masih ditakutkan oleh para petani akan mengancam tumbuh kembang tanamannya. “Penyakit yang ditakutkan oleh petani Jember salah satunya adalah kutu daun dan busuk akar pada awal tanam,” jelasnya.
Sementara itu, Dwijo menengarai, proses off farm yang berpengaruh pada kualitas tembakau, umumnya terdapat pada proses pengopenan. “Jika pengopenan atau pemanasan kurang optimal tentu saja akan berpengaruh pada kualitas tembakau. Dan jika dibiarkan selama 3 bulan baunya menjadi apek,” tuturnya.(sal)

Kategori

Blog Archive

Rabu, April 08, 2009
Kandungan Residu Tembakau Jember Turun
Diposting oleh Team Redaksi
Label: Berita Umum, Bisnis, Ekonomi, Pertanian Peternakan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar