Kamis, Mei 21, 2009

Rumpon Dasar Segera Dipasang di Laut Puger


Jemberpost.com
Guna meningkatkan hasil tangkapan ikan nelayan tradisional, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) berencana memasang 3 unit rumpon dasar (laut dangkal) di wilayah perairan sekitar Pulau Nusa Barong. Dengan begitu, akan terjadi perubahan di kalangan nelayan berperahu jukung dari pola berburu ikan menjadi memanen ikan dengan hasil optimal.
Kepala Bidang Perikanan dan Kelautan Disnakkan Kabupaten Jember, Mahfud Efendi, mengatakan, sejauh ini hasil tangkapan ikan para nelayan tradisional yang pada umumnya menggunakan perahu jukung kurang begitu signifikan.
Pasalnya, selain teknologi yang digunakan relatif sederhana, para nelayan itu masih berpegang pada pola berburu ikan. Maksudnya, seringkali para nelayan masih mengundi nasib ketika berangkat melaut. “Tak jarang para nelayan tradisional setiap tahunnya selalu merasakan paceklik ikan. Padahal sepanjang tahun ikan di lautan selalu melimpah,” ujarnya.
Keadaan paceklik ikan yang kerap mengungkung nelayan itu, katanya, disebabkan belum adanya teknologi representatif yang bisa mendukung efektifitas penangkapan ikan laut. “Dari 2.700 lebih armada nelayan, hanya ratusan saja yang telah memanfaatkan rumpon. Padahal rumpon itu sangat mendukung peningkatan hasil tangkapan ikan. Karena rumpon merupakan teknologi pengumpul ikan yang sangat efektif,” katanya.
Ia mengungkapkan, pada tri wulan tahun 2009 Disnakkan bakal memasang rumpon di perairan dangkal sekitar Pulau Nusa Barong. Hal tersebut bertujuan supaya pendapatan ikan nelayan berperahu jukung lebih meningkat. “Rencananya kita akan memasang 3 unit rumpon dasar di perairan dangkal sekitar Nusa Barong,” tuturnya.
Rumpon dasar itu akan dipasang pada kedalaman laut antara 20-50 meter. Dengan pemasangan rumpon tersebut, diharapkan tangkapan ikan nelayan tradisonal di kawasan Pantai Puger, Watu Ulo dan Gumukmas bisa meningkat cukup signifikan pada masa mendatang. “Dengan rumpon itu diharapkan kemakmuran nelayan bisa meningkat seiring dengan lonjakan hasil tangkapan ikan,” jelasnya.
Pihaknya menilai, harga rumpon dasar ini lebih murah dibandingkan dengan rumpon laut dalam. Yakni, berkisar antara Rp 20-25 juta per unit. Sedangkan rumpon laut dalam harganya mencapai antara Rp 100-150 juta per unit. “Karena harga rumpon mahal. Hal itu umumnya membuat para nelayan tradisional enggan untuk mengadakan rumpon secara swadaya, padahal nilai investasi rumpon itu lebih besar dibandingkan dengan harganya,” paparnya.
Agar tidak terjadi konflik dan perebutan antar nelayan di daerah berumpon, lanjutnya, Disnakkan bakal mengumpulkan nelayan tradisional untuk diberi pengarahan soal mekanisme pengaturan jadual penangkapan ikan di 3 daerah berumpon dasar itu.
“Sebelum rumpon itu dipasang dan dioperasionalkan, kita akan memberikan pengarahan terlebih dahulu soal jadual melaut di sekitar rumpon itu. Sehingga tidak terjadi konflik antar nelayan, karena permasalahan ini cukup sensitif,” tengaranya.
Lebih jauh, Mahfud menerangkan, ketiga unit rumpon dasar yang diadakan dengan biaya APBD itu bertujuan guna menstimulasi para nelayan supaya tergugah untuk berkembang lebih maju. “Ketiga rumpon dasar ini merupakan bantuan pemerintah dan lebih bersifat percontohan saja,” imbuhnya.
Tindaklanjut yang bakal dilakukan Disnakkan setelah masyarakat nelayan mengetahui keunggulan menangkap ikan dengan sarana rumpon, adalah membentuk kelompok-kelompok nelayan. “Diharapkan ke depannya nelayan perlu membentuk kelompok-kelompok untuk mengadakan rumpon secara swadaya,” kata Mantan Plt Kepala Dinsos Kabupaten Jember ini.
Jika nelayan berkemauan untuk mengadakan rumpon secara mandiri, maka Disnakkan akan menata dengan membuat aturan dan perjanjian. “Kalau inisiatif untuk membentuk rumpon ini tumbuh di tengah-tengah masyarakat nelayan, ke depannya akan ditata dalam sebuah peraturan dan perjanjian antar nelayan,” tandasnya.(sal)


Posting Komentar

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template custom by Adiguna