Senin, Juni 01, 2009

Suksesi Di NU, Jalan Panjang Menyatukan Umat

Oleh: Sayyid Ahmad Abdullah Bin Syaikh Abubakar*

Dalam banyak buku sejarah tentang NU, baik yang ditulis lembaga NU sendiri (Lajnah Ta’lif wan Nasyr,misalnya) maupun oleh pihak luar tidak bercerita sedikitpun mengenai peran almarhum KHR As’ad Syamsul Arifin dengan rencana berdirinya organisasi tersebut. Bisa dimaklumi, barangkali karena kiai As’ad memeang enggan menceritakan peran sejarah lantaran khawatir terbawa kedalam sifat riya’.
Namun, pelaku sejarah apapun dan dimanapun tetap akan bercerita perihal perannya manakala situasi mengizinkan. Dan inilah yang terjadi pada diri kiai As’ad meski pada mulanya beliau enggan bercerita mengenai peran penting dirinya sebagai mediator berdirinya NU, namaun ketika jam’iyah ini dilanda kemelut berkepanjangan diawal 1980-an akhirnya beliau bercerita juga.
Seperti diketahui pada tahun 1980-an tubuh NU tercabik-cabik oleh banyak kepentingan hingga tubuh organisasi para ulama ini terbelah menjadi dua kubu. Satu kubu menghendaki NU tetap berlaga dimedan politik praktis sedang kubu satunya lagi menginginkan NU secepatnya kembali ke khittah asalnya yakni khittah 1926. kubu politik dikomandani KH.Dr.Idham Chalid (kala itu ketua PBNU) dan kubu khittah terdiri dari ulama-ulama sepuh yang dipimpin KHR. As’ad Syamsul Arifin. Kedua kubu ini saling berhadapan secara diametral hingga koreksi total terhadap kepepimpinan KH.Dr.Idham Chalid oleh para ulama senior NU.
Kisah singkat ini merupakan cita-cita besar para ulama dan pendiri dalam mempertahankan NU sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang menetapkan pancasila sebagai satu-satunya asas dalam berpolitik,berbangsa dan bernegara di Indonesia .
Momentum konfercab NU Jember yang akan dilaksanakan mulai 7 Juni nanti merupakan bagian besar yang tidak bisa dipisahkan dari jalan panjang sejarah kembalinya NU ke khittah.
Melihat kondisi kekinian tentunya warga nahdliyin memiliki harapan besar kepada para kandidat yang akan berkompetisi nanti sudah teruji loyalitasnya, memiliki pengalaman organisasi yang matang, mempunyai wawasan politik yang luas dan siap mengabdi kepada bangsa dan umat
Kalau boleh saya ilustrasikan ibaratnya beras dalam karung, beras adalah warga nahdliyinnya dan karung adalah pemimpinnya. Tentu saja karung yang dibutuhkan saat ini adalah karung yang besar, kuat dan kokoh sehingga mampu menyatukan umat serta melanjutkan kembali gagasan tentang:
1. Pendidikan Islam
2 Dakwah lewat NU
3. Perekonomian Umat

PMII Netral
Sebagai organisasi kemahasiswaan yang dibentuk dalam kawah candra Ahlussunnah Wal Jamaah secara kelembagaan bersikap tegas untuk tidak dukung-mendukung kepada salah satu kandidat ini demi menjaga konsistensi lembaga.
Kepada para kandidat selamat berjuang
Untukmu satu tanah airku



*Penulis adalah: Sekretaris Umum PMII Komisariat STAIN Jember
Pengurus Harian Rabithah Alawiyah Jember


Posting Komentar

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template custom by Adiguna