Oleh : Al Faqir Ilmi
Salah satu instrumen yang digunakan dalam sistem perdagangan
internasional adalah menggunakan instrumen mata uang dollar AS.
Krisis ekonomi global terjadi setelah Perang Dunia II,melalui pertemuan Breton Woods dirancanglah sebuah sistem mata uang
dollar sebagai mata uang utama dalam perdagangan dunia, sekaligus
menjadikan World Bank, International Monetary Fund (IMF) sebagai
pengendali sistem keuangan internasional. Perjanjian Breton Woods
pada tahun 1973 kemudian dihapuskan ketika Amerika Serikat secara
unillateral memutuskan bahwa Dolar Amerika tidak perlu lagi didukung
oleh emas. Sejak itulah Dolar Amerika tidak bedanya dengan lembaran
kertas saja.
Dengan mata uang dollar AS, Amerika Serikat memegang kekuasaan luar
biasa yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut
Dolar AS, mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas,
aluminium, emas, dll dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka
perlu lebih banyak komoditi, mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi
sistem semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral.
Hal ini telah mengeksploitasi model perdagangan dengan sistem
pembagian kerja internasional. Surplus ekonomi bagi sekutu-sekutu
Amerika terus terjadi, yang berdampak pada ketidakseimbangan
perdagangan global. Negara-negara miskin tidak mampu melakukan ekspor
tanpa didukung impor sehingga negara-negara miskin mengalami "a
vicious circle of import".
Akibatnya negara-negara miskin memiliki tingkat ketergantungan yang
begitu kuat terhadap negara-negara maju. Sistem keuangan
internasional yang dirancang pasca Perang Dunia II dalam Breton
Woods, telah melahirkan ketidakadilan neraca keuangan global. Defisit
terus menimpa negara-negara miskin dan surplus keuangan terus ditarik
ke negara-negara maju.
Karena dunia kini dibanjiri terlalu banyak dolar. Dalam pasar-pasar
uang saja, terdapat gelembung dolar AS yang berjumlah 80 triliun
dolar AS pertahun. Jumlah ini 20 kali lipat melebihi nilai
perdagangan dunia yang jumlahnya sekitar 4 triliun dolar AS pertahun.
Artinya, gelembung itu bisa membeli segala yang diperdagangkan
sebanyak 20 kali lipat dari dimensi yang biasa. Gelembung ini tentu
akan terus membesar dan membesar. Anda tidak perlu terlalu bijak
untuk memahami bahwa gelembung itu suatu saat akan meledak dan pecah,
dan terjadilah keruntuhan ekonomi global yang niscaya lebih buruk
daripada depresi ekonomi tahun 1929.
Sebagai perbandingan yang kontras, emas adalah logam yang berharga.
Nilainya tidak bergantung pada negara mana pun, bahkan tidak
bergantung pada sistem ekonomi mana pun. Nilainya adalah intrinsik
dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, emas adalah mata uang yang
dapat menjamin kestabilan ekonomi dunia.
Sistem keuangan global sudah berkembang melebihi batas. Dengan
perdagangan "kertas berharga yang turunan sekunder" (secondary
derivatives papers), sistem keuangan dunia menjadi tidak "favorable"
kepada sektor riil karena "money makes money" lebh tinggi hasilnya.
Maka, kalau anda punya uang akan lebih tertarik untuk memainkannya di
bisnis keuangan ketimbang membangun bisnis di riil sektor.
Perdagangan kertas berharga tersebut adalah barang maya, hanya ilusi,
tidak nyata, tidak terkait dengan bisnis riil. Ini yang menyebabkan
terjadinya gelembung ekonomi dunia.
Apa akibatnya? Sektor riil lambat bergerak, kecuali di China yang
menganut paham berbeda, tidak berdasar "supply and demand". China
tetap memproduksi walau tidak ada permintaan. Alasanya adalah
stabilitas keamanan sehingga tidak ada penduduk China yang
menganggur, semua bekerja, memproduksi apa saja, mulai dari peniti
sampai komponen pesawat terbang. Manajemen 1 miliar penduduk yang
ternyata membawa China kepada kekuatan ketiga di era kini.
Sejarahnya, emas dan perak adalah mata uang dunia paling stabil yang
pernah dikenal. Sejak masa awal Islam hingga hari ini, nilai mata
uang Islam dwilogam itu secara mengejutkan tetap stabil dalam
hubungannya dengan barang-barang konsumtif. Seekor ayam pada zaman
Nabi Muhammad saw. harganya satu dirham. Hari ini, 1400 tahun
kemudian, harganya kurang lebih masih satu dirham. Dengan demikian,
selama 1400 tahun, inflasi adalah nol. Dalam jangka panjang, mata
uang dwilogam telah terbukti menjadi mata uang dunia paling stabil
yang pernah dikenal. Mata uang tersebut telah dapat bertahan,
meskipun terdapat berbagai upaya untuk mentransformasi dinar dan
dirham menjadi mata uang simbolik dengan cara menetapkan suatu nilai
nominal yang berbeda dengan beratnya.
Kita harus kembali kepada Sistem perekonomian berbasis komoditi riil,
dimana dinar dirham hanyalah salah satu komponen penting. Ada "5
pilar sistem ekonomi berbasis emas" akan menjadi solusi masa depan
dunia yang tidak terelakkan. Pertama, "Money (Freely Chosen)" yaitu
Mata uang harusnya bebas ditentukan oleh masyarakt penggunanya.
Kedua, "Open Markets Infrastructure" yaitu infrastuktur pasar terbuka
dimana setiap orang mempunyai hak, seperti mesjid. Ketiga, "Caravans –
Open Distribution and Logistic Infrastructure" yaitu jaringan
logistik dan distribusi yang terbuka bagi siapa saja. Keempat
adalah "guilds – open production infrastructure" yaitu sentra-sentra
produksi kerakyatan harusnya mendapat perhatian dari pemerintah untuk
menjadi tempat yang layak untuk berproduksi sebagaimana standard
global yang berlaku. Kelima adalah "Just Contractual Legal Frameworks
(Shirkat and Qirad). Kelima infrastruktur tersebut haruslah dimiliki
oleh publik.
Teknologi informasi merupakan sarana yang dapat mengkudeta fungsi
perbankan atau istilahnya "coup de banque". Anda bisa bayangkan,
sebenarnya fungsi perbankan kan amat sederhana, hanya
mengadministrasi pencatatan plus dan minus saja dengan sedikit
variasi perhitungan, mengapa menjadi raja yang mengatur dan
menentukan sektor-sektor lain. Pasti ada yang salah kan. Jaman Nabi
dulu, para pedagang lah yang berada di gedung mewah, semntara
rentenir itu yang berada di jalanan. Sekarang yang kita lihat
terbalik. Para bankir duduk-duduk di gedung mewah, sementara para
pedagang kaki lima berceceran di sepanjang jalan, malah kena gusur
tibum segala. Maka, jangan salahkan orang lain kalau Indonesia
miskin, karena tidak mengikuti ajaranNya padahal Indonesia adalah
negara dengan mayoritas muslim di dunia.
Prof. Umar Ibrahim Vadillo, Pemimpin Korporasi E-dinar Dotcom, suatu
electronic payment system" berbasis emas, yang juga menjabat sebagai
Ketua WITO (World Islamic Trade Organization). Penulis beberapa buah
buku yang dianggap oleh masyarakat dunia sebagai MENGGEMPARKAN
(ENLIGHTINING), membuka mata dan hati para pembacanya. Diantaranya
yang terkenal berjudul "THE ESOTERIC DEVIATION IN ISLAM", "THE END OF
ECONOMICS", "THE RETURN OF THE GOLD DINAR", "THE RETURN OF THE
GUILDS", "THE FIVE PILLARS OF THE ISLAMIC ECONOMICS", "COUP DE
BANQUE", etc

Kategori

Blog Archive

Kamis, Oktober 09, 2008
BERAKHIRNYA EKONOMI….
Diposting oleh Team Redaksi
Label: Opini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar