Jumat, September 26, 2008

Musik Tradisional Pencak Silat yang Kian Langka


Jemberpost.com,
Adanya arus globalisasi berimbas pada tergesernya beberapa kebudayaan lokal. Sebut saja musik tradisional pencak silat yang saat ini banyak ditinggalkan generasi muda karena lebih tergiur pada musik-musik impor yang katanya lebih ‘ngetrend’.Saat ini, jumlah pemain dan kelompok musik tradisional pencak silat di Jember bisa dihitung dengan jari. Dan rata-rata mereka berusia 40 tahun ke atas.
“Bila mencari atlit silat dan generasi penerusnya tidaklah sulit, apalagi sejak kepemimpinan bupati Djalal olahraga ini dijadikan sebagai icon Jember dan sudah diwajibkan sebagai ekstrakurikuler di sekolah-sekolah, namun yang sulit adalah mencari generasi penerus pemain musik tradisional pencak silat”, kata Drs. Ec. Sunardi selaku Ketua IPSI Jember ketika dikonfirmasi mengenai minimnya minat kawula muda untuk menekuni jenis musik yang satu ini.
Perlu diketahui, musik tradisional pencak silat adalah musik pengiring dihelatnya atraksi silat. Namun, atraksi yang disuguhkan bukanlah dalam bentuk pertandingan. “Musik ini biasanya mengiringi atraksi silat yang diperagakan hanya sebagai hiburan saja, bukan untuk dipertandingkan”, lanjut ketua IPSI dua periode itu.
Sebenarnya, alat musik yang digunakan sederhana saja. Alat musik yang dipergunakan berupa beberapa gendang, gong, gamelan dan rebana.
Sebagai hiburan rakyat, atraksi silat yang diperagakan tidak akan terasa meriah bila jenis musik yang satu ini tidak diperdengarkan. ”Tanpa adanya musik pengiring, atraksi pencak silat terasa kurang semarak dan kurang membangkitkan semangat pemainnya”, ungkap Sunardi.
Meski sepi peminat dalam memainkan alat musik ini, tapi ternyata penikmat atraksi ini sangat banyak. Terbukti, setiap digelarnya perhelatan ini penontonnya sangat banyak. “Mungkin sekarang masyarakat hanya antusias untuk menontonnya saja, tanpa ada keinginan untuk mempelajari dan menjadi pemain musiknya”, lanjutnya.
Menurut Sunardi, untuk menemukan ‘bibit-bibit’ pemain musik tersebut, memang perlu diadakan perlombaan antar kelompok musik tradisional itu. Misalnya seperti lomba Zafin, hadroh atau qasidah yang sudah biasa diadakan oleh masyarakat kita.
“Perlu juga atraksi pencak silat dengan musik pengiring digelar ketika ada even-even besar di Jember, sehingga diharapkan dapat menyedot penonton perkotaan, sebab saat ini atraksi tersebut biasanya hanya digelar dikampung-kampung atau bahkan didaerah pedesaan saja”, cetusnya.
Selain itu, tambahnya, bila ada tamu-tamu asing atau kunjungan pejabat dari daerah lain, atraksi pencak silat bisa disuguhkan sebagai sajian selamat datang seperti halnya tari Labako yang menggambarkan kegiatan pemetik daun tembakau sebagai icon Jember.
Sementara itu, menurut salah seorang pemain musik ini, Jamal (60), ketika ditanya mengapa tertarik menjadi pemain musik pengiring pencak silat ini, ia mengaku bahwa olahraga silat telah mendarah daging pada dirinya. Sewaktu muda dulu ia adalah seorang pemain silat yang handal. Namun seiring bertambahnya usia, saat ini ia tentu tidak bisa lagi memperagakan jurus-jurusnya.
“Sekarang saya hanya sebagai pemain musiknya saja, sebab di usia saya sekarang ini saya masih ingin melestarikan kebudayaan asli masyarakat Indonesia ini dengan ikut serta mengumandangkan musik yang kata orang memiliki nilai magis didalamnya”, terang Jamal. (sal/dn)


Posting Komentar

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template custom by Adiguna