Selasa, Juni 23, 2009

Ngaku Wartawan, Jumadi Digelandang Polisi

Jemberpost.com – Lagi nama wartawan dijadikan alat penipuan, banyaknya wartawan gadungan di Jember saat ini cukup meresahkan instansi dan masyarakat. Beberapa kali laporan masuk terkait ulah kuli tinta gadungan tersebut. Kini Gara-gara mencatut nama wartawan dan media massa, Jumadi harus berurusan dengan polisi, Senin (22/6/2009). Namun, ia dibebaskan karena tak ada cukup bukti penipuan.

Jumadi selama ini dikenal sebagai tukang servis kompor biasa. Kisah Jumadi berawal pada Sabtu (20/6/2009), saat Taman Kanak-Kanak Idhata menggelar pesta perpisahan. Anak Jumadi, Nita, kebetulan bersekolah di sana. "Dia menawarkan kepada Bu Yayuk (kepala TK Udhata, Sudaryati Harmini) agar acara perpisahan itu dimuat di media. Ada tiga media, yakni Global, JTV, dan Radar Jember," kata Ahmad Hanafi, reporter Global TV.

Oleh Yayuk, Jumadi mendapat uang Rp 300 ribu. "Yang Rp 200 ribu saya pegang, yang Rp 100 ribu dipegang John Ambon," kata Jumadi.

John Ambon adalah wartawan tabloid Global yang diajak Jumadi meliput acara perpisahan siswa TK Idhata. Jumadi menuliskan nama tiga media, yakni Global, JTV, dan Harian Pagi Radar Jember (suplemen Jawa Pos) di atas selembar kertas, dan disodorkan kepada Yayuk.

Kendati menyodorkan nama media massa, Jumadi tak merasa menjanjikan berita soal perpisahan TK itu pasti bakal ditayangkan di tiga media itu. "Saya tidak berjanji. Saya hanya bilang akan mengusahakan, insya Allah tayang di Pojok Pitu JTV. Saya tak bilang akan ditayangkan di Global TV," katanya.

Kalau di Radar Jember, Jumadi juga mengaku tak pernah berjanji. "Saya sebenarnya mengajak Mas Kun Wazis (wartawan Radar Jember), tapi dia tidak datang. Bu Yayuk juga sempat tanya, 'mana wartawan Radar?'," katanya.

Jumadi berjanji akan memberikan berita dan foto hasil jepretan John Ambon kepada Kun Wazis. "Tapi saya katakan, kalau di Radar Jember, berita harus bersaing. Yang bagus akan dimuat. Saya juga begitu, kalau memberikan informasi berita ke Mas Kun Wazis. Tak selalu pasti dimuat," katanya.
Nah, ternyata usai acara, Jumadi tak menerima foto dan tulisan hasil karya John. Ia pun lupa menagih foto itu untuk diberikan ke Kun Wazis. "Saya lupa. Saya harus jaga salon seharian," katanya.

Namun, Yayuk tidak paham tetek-bengek seperti itu. Menurut Hanafi, Yayuk sudah terlanjur mengumumkan kepada seluruh guru dan wali murid bahwa acara itu akan ditayangkan di Global TV jam lima sore, di JTV jam tujuh malam, dan di Radar Jember pada hari Minggu (22/6/2009).

Tunggu punya tunggu, acara perpisahan TK Idhata tak nongol di layar kaca. Radar Jember edisi Minggu dan Senin pun tak memuat berita acara tersebut. Tinggallah Yayuk yang merasa malu kepada wali murid.

Kisah Yayuk yang merasa dirugikan oleh Jumadi ini terdengar oleh para wartawan. Para wartawan lantas mempertemukan Jumadi dengan Yayuk di kantor Komisi Pemilihan Umum Jember, di Jalan Kalimantan. "Kami menginginkan agar persoalan ini diselesaikan secara hukum," kata Hanafi.

Kebetulan kantor KPU tengah dijaga oleh aparat kepolisian, karena ada aksi unjuk rasa, Senin siang. Para wartawan lantas menyerahkan Jumadi agar dibawa ke markas kepolisian resor Jember dengan mobil patroli.

Namun, setelah dimintai keterangan, polisi membebaskan Jumadi. Tidak ada bukti yang memberatkan Jumadi. "Saya tidak pernah minta uang. Saya dikasih. Uang Rp 200 ribu juga saya langsung kembalikan. Kalau yang Rp 100 ribu yang dipegang John, saya tidak tahu," kata Jumadi.

Kun Wazis, wartawan Radar Jember yang dicatut namanya, menyatakan tak pernah tahu aksi Jumadi. "Saya tidak tahu kalau sampai dicatut-catut urusan berita di Radar Jember, karena semuanya melalui jalur redaksi," katanya. (Bj]


Posting Komentar

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template custom by Adiguna