Jemberpost.com
Tinju yang bertajuk Jember Fight Internasinal tanggal 9 Agustus 2008 yang digelar oleh promotor H Kamil Gunawan beberapa waktu yang lalu disimak terkait kesetiaan sosok tua dalam gelanggang tinju yang setiap berperan sebagai time kipper (Penabuh Bell).Ia adalah Muhamad Djalal Abdi, yang telah menginjak usia 64 tahun, ternyata separuh lebih usianya dia abdikan untuk dunia tinju. Tekun di dunia tinju sejak usia 26 tahun, bertinju mengalahkan lawan-lawannya.
Usia boleh tua namun bagi Djalal semangat bertinju didada bapak yang telah memiliki 1 cucu ini masih membara seakan mati dan hidupnya ia abdikan pada dunia tinju yang disayangi. “Meski kecil perannya dalam dunia tinju, namun sebagai time kipper saya masih bisa menyalurkan hobi bertinju saya,”ungkapnya sembari mengenang masa keemasannya.
Sebagai petugas time kipper ditekuni 27 tahun sejak tahun 1981, ternyata tidaklah muda dilakukan oleh semua orang, karena diperlukan ketelitian. “Waktu yang dilihat setiap ronde harus tepat dan pernah dua kali diganti dengan yang lain tapi belum bisa,”jelasnya.
Karena dalam bertugas sebagai time kipper selain ketelitian waktu dalam menghitung stop watch juga diperlukan ketelitian waktu jika salah satu petinju yang terkena hitungan. “Situasi itu yang saya harus mengkawal wasit dalam menghitung detiknya dengan menggedok meja sesuai hitungan detinya, itu aja pernah kebablasan,”paparnya.
Sebenarnya sebagai time kipper baginya sangatlah mudah tidak hanya ketelitian akan tetapi ketekunan yang dibutuhkan. “Kalu ingin melihat tinju saat sebagai petugas kenteng maka waktunya hanya satu menit itu yang bisa digunakan untuk menonton tinju,”paparnya.
Hobbi itu, berangkat bertinju berawal dari tahun 1961 jadi petinju turun di kelas 54 kg pada event antar gelanggang yang ia tekuni sebagai petinju pasar malam. “Kala itu sebagai petinju tidak ada timbang badang seperti sekarang ini, yang ada hanya berani atau ngak bertarung dengan lawan yang ditawarkan,”ujarnya bangga.
Ada kenangan emas yang selalu diingat dipikiran pak tua ini petugas penabuh bell setiap ronde ke ronde saat bertinju disetiap bertinju melawan musuh-musuhnya. “Selalu teringat saat melawan Daniel Bahari yang sekarang jadi ayah dan sekaligus pelatih Pino dan Doundy Bahari,”kenangnya.
Bernaung di sasana Cipta Jasa Boxing kala itu, dirinya pernah mendapatkan penghargaan sebagai petinju terbaik pada Bulan Mei 1969 saat di Banyuwangi. “Saya yang terpilih menjadi petinju terbaik,”kilahnya prstasi yang sangat mengesankan.
Namun dalam kesannya bertinju ketika masih muda, pengalaman lain yang membuat takut musuh-musuhnya meng-KO musuhnya. “Waktu itu pernah meng-KO pada ronde pertama pada menit petinju dari Situbondo,”ujarnya.
Sekarang rumah yang ditempati berada di pinggiran kali jompo, beralamatkan Jln Sentot Prawirodirdjo gang VIII /30 Jember dihuni bersama istri anak (1) dan satu cucu ini, bagi Djalal cukup senang. “Ditempai itu sekarang digunakan selain sebagai time kipper waktunya digunakan untuk membuat alat-alat tinju,”jelasnya lagi.
Dengan alat tinju ia buat minimal masih bisa berkecimpung dalam dunia tinju yang menjadi hobbinya sejak kecil. “Lewat alat itulah saya bisa menjual alat tinju bagi pemula yang ingin menjadi petinju, karena alat yang saya jual harganya bsia terjangkau,”kilahnya. (sal/jok)
Kategori
Blog Archive
Sabtu, Agustus 16, 2008
Djalal, Dari Tinju Ke Time Kipper
Diposting oleh Team Redaksi
Label: Profil
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar